Psikologi di Balik Berbagi: Mengapa Tindakan Baik Memberikan Kebahagiaan?
Tindakan berbagi, atau perilaku prososial, merupakan aspek fundamental dalam interaksi sosial manusia. Namun, lebih dari sekadar norma sosial, terdapat mekanisme psikologi yang mendalam yang menjelaskan mengapa tindakan baik seperti berbagi seringkali memberikan rasa kebahagiaan yang tulus bagi pelakunya. Artikel ini akan menelisik psikologi di balik berbagi dan mengungkap alasan ilmiah mengapa berbuat baik dapat meningkatkan kesejahteraan emosional kita.
Salah satu penjelasan utama terletak pada pelepasan neurotransmitter di otak, terutama dopamin. Dopamin seringkali dikaitkan dengan rasa senang dan penghargaan. Ketika kita melakukan tindakan berbagi, otak kita merespons dengan melepaskan dopamin, menciptakan sensasi positif yang serupa dengan yang kita rasakan saat mencapai tujuan pribadi atau menerima hadiah. Efek neurokimiawi inilah yang memicu perasaan bahagia setelah berbuat baik.
Selain dopamin, berbagi juga memicu pelepasan oksitosin, yang dikenal sebagai “hormon cinta” atau “hormon ikatan”. Oksitosin berperan dalam membangun rasa percaya, empati, dan koneksi sosial. Ketika kita berbagi dengan orang lain, terutama dalam konteks hubungan yang positif, kadar oksitosin dalam tubuh kita meningkat, memperkuat ikatan sosial dan menumbuhkan perasaan bahagia karena terhubung dengan sesama.
Dari perspektif psikologi evolusioner, perilaku prososial seperti berbagi memiliki nilai adaptif yang signifikan. Manusia adalah makhluk sosial, dan kemampuan untuk bekerja sama serta saling membantu meningkatkan peluang kelangsungan hidup dan reproduksi kelompok. Tindakan berbagi memperkuat kohesi sosial, membangun reputasi yang baik, dan meningkatkan kemungkinan menerima bantuan di masa depan. Dengan demikian, kecenderungan untuk merasa bahagia setelah berbagi mungkin telah tertanam dalam diri kita secara evolusioner.
Teori self-determination dalam psikologi juga memberikan wawasan menarik. Teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan psikologis dasar: otonomi, kompetensi, dan keterhubungan. Tindakan berbagi dapat memenuhi kebutuhan keterhubungan dengan mempererat relasi sosial dan menumbuhkan rasa memiliki dalam komunitas. Selain itu, berbagi yang dilakukan secara sukarela (otonomi) dan memberikan dampak positif (kompetensi) juga berkontribusi pada rasa bahagia dan pemenuhan diri. Lebih lanjut, berbagi dapat mengalihkan fokus kita dari masalah pribadi dan meningkatkan perspektif.