Di tengah era digital yang serba cepat, keterampilan sosial dan emosional seringkali terabaikan. Padahal, kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain, atau empati, adalah fondasi penting dalam interaksi sosial yang sehat. Salah satu cara paling efektif untuk mengajarkan empati pada anak adalah melalui literasi sastra. Dengan membaca cerita, dongeng, atau novel, anak-anak dapat secara tidak langsung memasuki dunia karakter yang beragam, memahami motivasi mereka, dan merasakan emosi yang mereka alami. Oleh karena itu, literasi sastra bukan hanya tentang membaca kata-kata, tetapi tentang membangun jembatan emosional yang kuat antara anak dan dunia di sekitarnya.
Literasi sastra bekerja dengan cara menempatkan pembaca dalam posisi orang lain. Ketika anak membaca tentang seorang tokoh yang sedih karena kehilangan hewan peliharaannya, mereka juga ikut merasakan kesedihan tersebut. Ketika mereka membaca tentang tokoh yang berjuang melawan ketidakadilan, mereka juga belajar untuk peduli terhadap isu-isu sosial. Pengalaman membaca ini memungkinkan anak untuk mengembangkan “teori pikiran,” yaitu kemampuan untuk memahami bahwa orang lain memiliki keyakinan, keinginan, dan perasaan yang berbeda dari diri mereka. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim psikolog anak pada 14 Agustus 2025, menunjukkan bahwa anak-anak yang rutin membaca buku fiksi memiliki skor empati 30% lebih tinggi daripada yang jarang membaca.
Selain itu, literasi sastra juga mengajarkan anak tentang kompleksitas manusia. Tokoh-tokoh dalam cerita tidak selalu baik atau buruk, melainkan memiliki sisi-sisi yang rumit. Dengan membaca tentang karakter-karakter yang memiliki kelebihan dan kekurangan, anak belajar untuk melihat dunia dalam berbagai nuansa, bukan hanya hitam dan putih. Hal ini membantu mereka untuk menjadi lebih toleran dan tidak mudah menghakimi orang lain. Sebagai contoh, sebuah novel tentang seorang anak yang kesulitan beradaptasi di sekolah baru mengajarkan pembaca untuk lebih sabar dan suportif terhadap teman yang terlihat pendiam atau pemalu.
Pada akhirnya, literasi sastra adalah alat yang ampuh untuk membentuk karakter anak. Dengan membaca, anak tidak hanya memperkaya kosakata dan pengetahuan, tetapi juga mengasah kepekaan emosional mereka. Ini adalah bekal berharga yang akan membantu mereka menavigasi kehidupan sosial, menjalin persahabatan yang tulus, dan menjadi individu yang lebih baik. Membangun empati melalui sastra adalah investasi jangka panjang yang akan membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kaya secara emosional.