Membangun Pondasi Kuat: Mengajarkan Literasi Keuangan Sejak Usia Muda

Di era konsumerisme, kemampuan mengelola uang tidak lagi menjadi keterampilan opsional, melainkan kebutuhan esensial. Dengan mengajarkan literasi keuangan sejak dini, kita bisa membangun pondasi kuat bagi generasi muda untuk meraih kemandirian finansial di masa depan. Memahami konsep dasar tentang uang, seperti menabung, berinvestasi, dan mengelola utang, akan membekali mereka dengan kepercayaan diri dan kebijaksanaan dalam menghadapi setiap keputusan finansial. Literasi keuangan bukan hanya tentang angka, tetapi juga tentang pembentukan karakter yang bertanggung jawab.

Salah satu cara efektif untuk membina generasi muda adalah dengan memberikan mereka kesempatan mengelola uang saku sendiri. Pada hari Senin, 18 Agustus 2025, seorang anak bernama Budi yang berusia 10 tahun diberi uang saku mingguan oleh orang tuanya. Ia diajarkan untuk membagi uang tersebut ke dalam tiga toples berbeda: untuk kebutuhan sehari-hari, menabung, dan berbagi. Dengan metode ini, Budi belajar tentang alokasi dana dan prioritas. Dalam tiga bulan, ia berhasil menabung cukup uang untuk membeli sebuah buku cerita yang ia inginkan. Pengalaman ini adalah contoh nyata bagaimana pembelajaran praktis dapat membangun pondasi kuat dalam hal keuangan.

Selain itu, orang tua juga bisa memperkenalkan konsep investasi sederhana. Tidak perlu menggunakan instrumen yang rumit. Mulailah dengan mengajak anak berinvestasi pada hal-hal yang mereka pahami, seperti saham perusahaan favorit mereka atau emas. Pada 14 Juni 2024, seorang ayah di sebuah kota besar mengajak putrinya untuk membeli satu gram emas digital. Ia menjelaskan bahwa emas bisa menjadi tabungan jangka panjang yang nilainya tidak mudah tergerus inflasi. Dengan cara ini, sang anak tidak hanya belajar tentang investasi, tetapi juga memahami konsep nilai uang dari waktu ke waktu. Hal ini adalah bagian penting dari membina generasi yang cerdas finansial.

Di sekolah, literasi keuangan juga bisa diintegrasikan ke dalam kurikulum. Guru dapat menggunakan soal matematika yang berhubungan dengan keuangan atau mengadakan simulasi bisnis kecil-kecilan. Laporan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada pertengahan 2024 menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan edukasi keuangan di sekolah memiliki pemahaman yang lebih baik tentang produk-produk keuangan dan terhindar dari jebakan utang.

Pada akhirnya, membina generasi sadar finansial adalah sebuah investasi jangka panjang. Dengan memberikan mereka pendidikan yang relevan, kita tidak hanya membentuk individu yang mandiri secara finansial, tetapi juga individu yang tidak mudah terjebak dalam masalah utang dan dapat mengambil keputusan finansial yang bijak.