Di tengah pesatnya perkembangan teknologi otomotif, termasuk era kendaraan listrik dan digitalisasi, pertanyaan menarik muncul: masihkah relevan keterampilan otomotif tradisional bagi generasi Z yang tumbuh besar dengan teknologi canggih? Jawabannya, ternyata, sangatlah afirmatif. Meskipun inovasi terus mengubah wajah industri, fondasi otomotif tradisional tetap menjadi esensi yang tak tergantikan, bahkan menjadi keunggulan kompetitif bagi para mekanik dan teknisi muda. Sebuah survei yang dilakukan oleh Forum Otomotif Muda Indonesia (FOMI) pada bulan April 2025 menunjukkan bahwa pemahaman mendasar tentang mekanika konvensional justru meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap teknologi baru.
Salah satu alasan utama mengapa keterampilan otomotif tradisional tetap relevan adalah karena kendaraan dengan mesin pembakaran internal (ICE) masih mendominasi pasar global dan diperkirakan akan terus beroperasi dalam jumlah signifikan untuk beberapa dekade mendatang. Generasi Z yang terjun ke dunia perbengkelan akan banyak berinteraksi dengan kendaraan-kendaraan ini, membutuhkan pemahaman mendalam tentang sistem mekanikal, elektrikal dasar, transmisi, dan komponen-komponen otomotif tradisional lainnya. Tanpa pemahaman ini, diagnosis dan perbaikan yang efektif akan sulit dilakukan.
Selain itu, prinsip-prinsip dasar otomotif tradisional seringkali menjadi landasan bagi teknologi yang lebih canggih. Memahami cara kerja mesin ICE, misalnya, dapat memberikan wawasan yang berharga tentang prinsip-prinsip termodinamika dan rekayasa material yang juga relevan dalam pengembangan dan pemeliharaan sistem baterai pada kendaraan listrik. Kemampuan mendiagnosis masalah secara manual, tanpa sepenuhnya bergantung pada perangkat lunak, juga melatih logika dan pemecahan masalah yang krusial dalam menghadapi kompleksitas teknologi baru.
Kepala Bidang Pengembangan Kurikulum di Balai Latihan Kerja (BLK) Otomotif Yogyakarta, Bapak Ir. Agung Prabowo, dalam workshop yang diadakan pada hari Kamis, 9 Mei 2025, menekankan bahwa kurikulum pelatihan otomotif modern tetap memasukkan materi otomotif tradisional sebagai fondasi. Menurutnya, generasi Z yang menguasai dasar-dasar ini akan lebih mudah beradaptasi dengan teknologi baru dan memiliki kemampuan analisis yang lebih baik dalam mendiagnosis masalah kendaraan secara holistik.
Meskipun era digital menawarkan berbagai alat bantu canggih, sentuhan tangan dan pemahaman intuitif yang diperoleh dari pengalaman menangani otomotif tradisional tetap tak tergantikan. Generasi Z yang menggabungkan keahlian digital dengan pemahaman mendalam tentang mekanika konvensional akan menjadi aset berharga bagi industri otomotif di masa depan, mampu menjembatani kesenjangan antara teknologi lama dan baru.