Perkembangan Kognitif Bayi: 5 Mitos yang Wajib Orang Tua Tahu Kebenarannya

Dalam upaya memberikan yang terbaik bagi si kecil, banyak orang tua modern mencari berbagai informasi seputar tumbuh kembang anak. Sayangnya, tidak semua informasi yang beredar, terutama di media sosial, didasarkan pada fakta ilmiah. Mengenali dan meluruskan mitos-mitos yang keliru sangat penting untuk memastikan Perkembangan Kognitif bayi didukung dengan cara yang benar dan efektif. Kesalahan dalam memahami proses belajar dan berpikir bayi di tahun-tahun pertama kehidupan dapat menyebabkan tekanan yang tidak perlu pada orang tua atau, yang lebih buruk, menghambat potensi belajar si kecil. Berikut adalah lima mitos umum tentang Perkembangan Kognitif bayi yang harus diketahui kebenarannya.


Mitos 1: Paparan Gawai (Gadget) Membuat Bayi Lebih Cerdas

Fakta: Ini adalah salah satu mitos paling berbahaya. Banyak orang tua percaya bahwa video edukasi di tablet akan meningkatkan kecerdasan bayi. Namun, Akademi Dokter Anak Indonesia (IDAI) secara tegas menyarankan untuk menghindari paparan gawai pada anak di bawah usia dua tahun. Perkembangan Kognitif bayi di tahun pertama sangat bergantung pada interaksi tiga dimensi dan interaksi sosial yang hangat. Layar gawai bersifat pasif dan dua dimensi, sehingga menghambat pembentukan koneksi saraf penting yang hanya bisa didapatkan melalui sentuhan, tatapan mata, dan suara langsung dari orang tua. Paparan gawai justru berisiko memperlambat perkembangan bahasa dan fokus atensi.


Mitos 2: Bayi Harus Dipaksa Belajar Membaca dan Menghitung Sejak Dini

Fakta: Ada tekanan untuk mengajarkan keterampilan akademik formal seperti membaca atau berhitung kepada bayi usia 1 tahun. Kenyataannya, Perkembangan Kognitif bayi pada usia ini lebih membutuhkan pengembangan keterampilan dasar seperti memecahkan masalah (problem solving), koordinasi motorik halus, dan bahasa. Pemaksaan akademis terlalu dini dapat menyebabkan stres dan membuat anak mengasosiasikan belajar dengan kelelahan atau tekanan. Pada usia 12 hingga 24 bulan, bayi seharusnya difokuskan pada permainan eksploratif seperti menyusun balok, mencocokkan bentuk, dan interaksi yang kaya kata, yang merupakan fondasi yang lebih kuat untuk kesuksesan akademis di masa depan.


Mitos 3: Bayi Laki-laki Lebih Lambat Berbicara daripada Bayi Perempuan

Fakta: Meskipun secara statistik kecil, perbedaan dalam pemerolehan bahasa memang sering terlihat antara jenis kelamin. Namun, anggapan bahwa semua bayi laki-laki secara inheren lebih lambat berbicara adalah mitos. Kecepatan perkembangan bahasa dan Perkembangan Kognitif lebih ditentukan oleh frekuensi dan kualitas interaksi verbal yang diberikan orang tua. Menurut studi observasional yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Bahasa Anak yang dipublikasikan pada hari Rabu, 8 Mei 2024, kuantitas kata yang diucapkan orang tua kepada bayi (tanpa memandang jenis kelamin) adalah prediktor utama perkembangan kosakata bayi pada usia 2 tahun. Berbicaralah dengan bayi Anda sebanyak mungkin.


Mitos 4: Membiarkan Bayi Menangis Akan Membuatnya Mandiri

Fakta: Ini adalah mitos lama yang kini dibantah ilmu saraf. Menanggapi tangisan bayi dengan cepat, terutama pada usia 0 hingga 6 bulan, tidak akan merusak mereka. Sebaliknya, hal itu menumbuhkan rasa aman dan kepercayaan. Ketika tangisan direspons, bayi belajar bahwa dunia adalah tempat yang aman, yang penting untuk perkembangan emosi dan sosial mereka. Perwira Kesehatan Masyarakat (PKM) Siti Fatimah dari Puskesmas Maju Jaya dalam sesi penyuluhan pada Sabtu, 2 Februari 2025, menegaskan, “Bayi tidak bisa dimanjakan dengan kasih sayang. Respons cepat membangun otak yang tenang dan teratur, yang merupakan prasyarat untuk belajar.”


Mitos 5: Bayi Hanya Belajar Saat Mereka Aktif Bermain

Fakta: Bayi belajar bahkan saat mereka tidur. Selama tidur, otak bayi memproses, mengonsolidasikan, dan menyimpan informasi yang mereka terima saat bangun, termasuk bahasa dan pengalaman sensorik. Oleh karena itu, memastikan jadwal tidur yang cukup dan berkualitas (rata-rata 14 jam tidur per hari untuk bayi di bawah satu tahun) adalah bagian esensial dari strategi mendukung perkembangan kognitif mereka.