Tantangan Pengasuhan di Tengah Gempuran Media Sosial: Batasan dan Pengawasan yang Efektif

Era digital telah membawa perubahan radikal dalam cara anak-anak dan remaja bersosialisasi dan mengonsumsi informasi. Di tengah banjir konten yang tak terbatas, Tantangan Pengasuhan menjadi semakin kompleks, menuntut orang tua untuk tidak hanya menjadi pendidik, tetapi juga manajer media digital yang bijak. Media sosial, dengan algoritmanya yang adiktif, memaparkan anak pada risiko cyberbullying, paparan konten dewasa, hingga tekanan untuk tampil sempurna (fear of missing out atau FOMO). Mengatasi Tantangan Pengasuhan ini memerlukan strategi yang jelas mengenai batasan waktu layar dan pengawasan yang efektif, yang dibangun atas dasar komunikasi dan kepercayaan, bukan sekadar larangan.

Salah satu Tantangan Pengasuhan terbesar adalah penetapan batasan waktu layar yang sehat. Penelitian menunjukkan bahwa paparan media sosial yang berlebihan dapat mengganggu kualitas tidur, konsentrasi belajar, dan kesehatan mental anak. Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK) merekomendasikan bahwa anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) sebaiknya memiliki waktu layar rekreasi maksimal 1,5 jam per hari, di luar kebutuhan belajar. Psikolog Anak dan Keluarga, Dr. Maya Sari, S.Psi., M.A., dalam talkshow edukasi pada tanggal 8 Desember 2025, menyarankan orang tua untuk menggunakan fitur kontrol orang tua pada perangkat, serta menetapkan “Zona Bebas Gadget” di rumah, seperti ruang makan dan kamar tidur, untuk mendorong interaksi tatap muka.

Pengawasan yang efektif bukanlah tentang memata-matai anak, melainkan membangun kesadaran digital bersama. Tantangan Pengasuhan ini menuntut orang tua untuk melek digital dan memahami platform apa yang digunakan anak. Orang tua harus rutin melakukan “audit digital” bersama anak, membahas jenis konten yang mereka lihat, dan mengajarkan mereka cara berpikir kritis terhadap informasi yang diterima (digital literacy). Di Pusat Pelatihan Komunitas Digital, Petugas Edukasi Siber, Bapak Hadi Winata, S.Kom., menyelenggarakan sesi pelatihan parental control setiap hari Sabtu pagi selama 120 menit. Pelatihan ini fokus mengajarkan orang tua cara mengenali tanda-tanda cyberbullying atau kecanduan game pada anak.

Mengatasi Tantangan Pengasuhan di era digital juga melibatkan upaya proaktif dalam mengajarkan empati dan etika online. Anak harus memahami bahwa kata-kata mereka di dunia maya memiliki dampak nyata di dunia nyata. Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Bakti Pertiwi, program anti-bullying daring yang diterapkan sejak awal tahun ajaran 2025 menunjukkan penurunan kasus cyberbullying yang dilaporkan sebesar 65%. Komitmen orang tua untuk menjadi teladan digital yang baik—termasuk membatasi penggunaan ponsel mereka sendiri saat berinteraksi dengan anak—adalah kunci utama keberhasilan strategi pengasuhan ini.