Generasi Beta, yang diproyeksikan lahir antara tahun 2025 hingga 2039, akan menjadi generasi pertama yang sejak lahir sudah memiliki jejak digital secara harfiah. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang mengenal teknologi secara bertahap, anak-anak Generasi Beta akan tumbuh dan berinteraksi dalam lingkungan yang sepenuhnya terintegrasi dengan kecerdasan buatan, konektivitas Internet of Things (IoT), dan realitas virtual. Ini membentuk sebuah potret unik di mana identitas dan pengalaman mereka tak terpisahkan dari dunia digital.
Kehadiran teknologi yang omnipresent ini berarti setiap aspek kehidupan Generasi Beta berpotensi terekam secara digital. Dari monitor bayi pintar, mainan interaktif berbasis AI, hingga sistem pembelajaran personalisasi yang mengumpulkan data perkembangan mereka, jejak digital mereka akan mulai terbentuk bahkan sebelum mereka dapat berbicara. Fenomena ini menghadirkan tantangan sekaligus peluang. Di satu sisi, data ini dapat digunakan untuk memahami pola belajar dan perkembangan anak secara lebih mendalam, memungkinkan intervensi personalisasi yang efektif. Di sisi lain, isu privasi data dan keamanan informasi akan menjadi sangat krusial. Sebuah survei yang dilakukan oleh Asosiasi Keamanan Siber Global pada April 2025 menunjukkan bahwa 85% orang tua di masa depan mengkhawatirkan pengelolaan data pribadi anak-anak mereka.
Interaksi konstan dengan teknologi juga akan membentuk cara belajar dan berpikir Generasi Beta. Mereka akan terbiasa dengan akses instan terhadap informasi, lingkungan belajar yang adaptif, dan metode komunikasi yang multimodal. Rasa ingin tahu mereka akan didorong oleh algoritma rekomendasi, dan kemampuan pemecahan masalah mereka mungkin akan lebih mengandalkan kolaborasi dengan AI. Ini akan membuat jejak digital mereka menjadi cerminan dari proses kognitif yang berbeda, di mana batas antara realitas fisik dan virtual menjadi semakin kabur.
Orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan di masa depan memiliki tanggung jawab besar untuk membimbing Generasi Beta dalam mengelola jejak digital mereka. Edukasi literasi digital sejak dini akan menjadi sangat penting, bukan hanya tentang cara menggunakan teknologi, tetapi juga tentang pentingnya privasi, etika online, dan kritis dalam menerima informasi. Memberikan mereka alat untuk menjadi warga digital yang bertanggung jawab akan menjadi kunci.
Pada akhirnya, Generasi Beta akan menjadi tolok ukur bagaimana manusia berinteraksi dengan teknologi di masa depan. Jejak digital mereka akan menjadi narasi kolektif tentang adaptasi manusia terhadap era yang didominasi oleh data dan konektivitas, sebuah potret yang akan terus berkembang seiring waktu.
