Generasi Z, atau mereka yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh besar di era digital dengan pengaruh sosial media yang sangat kuat. Platform seperti Instagram, TikTok, Twitter, dan Facebook telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka. Namun, di balik kemudahan berinteraksi dan mendapatkan informasi, terdapat sejumlah dampak buruk yang perlu diwaspadai.
Salah satu dampak signifikan dari pengaruh sosial media adalah meningkatnya masalah kesehatan mental di kalangan Gen Z. Paparan terus-menerus terhadap konten yang seringkali menampilkan kehidupan yang идеальный dan terfilter dapat memicu perasaan rendah diri, kecemasan, dan depresi. Sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Padjajaran pada tanggal 17 Agustus 2024, yang melibatkan 500 responden Gen Z di wilayah Bandung, menunjukkan bahwa 68% responden merasa tekanan untuk menampilkan citra diri yang positif di media sosial, yang berujung pada stres dan perasaan tidak cukup.
Selain itu, pengaruh sosial media juga berkontribusi pada fenomena Fear of Missing Out (FOMO). Melihat teman-teman atau influencer membagikan momen-momen menarik dapat membuat Gen Z merasa tertinggal dan terisolasi. Hal ini diperparah dengan algoritma media sosial yang cenderung menampilkan konten yang sedang tren atau viral, sehingga menciptakan siklus perbandingan sosial yang tidak sehat. Pada sebuah diskusi daring yang diadakan oleh Komunitas Peduli Kesehatan Mental pada hari Minggu, 22 September 2024, seorang psikolog klinis, Dr. Amelia Surya, menyatakan bahwa FOMO dapat memicu perilaku impulsif dan keputusan yang kurang rasional di kalangan remaja dan dewasa muda.
Tidak hanya kesehatan mental, pengaruh sosial media juga dapat berdampak negatif pada kualitas tidur dan fokus belajar atau bekerja. Notifikasi yang terus-menerus dan godaan untuk scrolling tanpa henti dapat mengganggu pola tidur yang sehat. Menurut laporan dari Asosiasi Dokter Spesialis Tidur Indonesia (ADSTI) yang dirilis pada tanggal 5 Januari 2025, rata-rata Gen Z menghabiskan lebih dari 3 jam sehari di media sosial, yang berkorelasi dengan peningkatan kasus insomnia dan penurunan produktivitas.
Lebih lanjut, pengaruh sosial media juga rentan terhadap penyebaran informasi yang salah atau hoaks. Kemudahan dalam berbagi informasi tanpa verifikasi yang ketat dapat menyesatkan Gen Z, yang mungkin belum memiliki kemampuan literasi digital yang mumpuni untuk membedakan antara fakta dan fiksi. Pada sebuah operasi siber yang dilakukan oleh Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat pada hari Rabu, 12 Maret 2025, berhasil diungkap jaringan penyebar hoaks yang menargetkan pengguna media sosial dari kalangan remaja dan dewasa muda.
Oleh karena itu, penting bagi Gen Z untuk memiliki kesadaran yang tinggi terhadap dampak buruk pengaruh sosial media. Literasi digital, dukungan dari keluarga dan teman, serta kemampuan untuk membatasi waktu penggunaan media sosial menjadi kunci untuk menjaga kesehatan mental dan kualitas hidup di era digital ini.