Masa 1000 hari pertama kehidupan, yang terhitung sejak konsepsi hingga anak mencapai usia dua tahun, diakui secara global sebagai periode yang paling kritis dan menentukan bagi perkembangan manusia. Selama rentang waktu inilah, otak anak mengalami pertumbuhan yang eksplosif, membentuk lebih dari satu juta koneksi saraf (sinaps) setiap detiknya. Oleh karena itu, investasi terbesar yang dapat diberikan orang tua bukanlah materi, melainkan Stimulasi Dini yang konsisten, responsif, dan kaya interaksi. Stimulasi Dini yang tepat adalah kunci untuk membangun arsitektur otak yang kuat, yang akan menjadi fondasi bagi kecerdasan, kemampuan belajar, dan kesehatan emosional anak sepanjang hidupnya.
Pentingnya Stimulasi Dini berakar pada neurosains. Selama masa emas ini, plastisitas otak (kemampuan otak untuk berubah dan beradaptasi) berada pada puncaknya. Koneksi saraf yang sering digunakan akan diperkuat, sementara yang jarang digunakan akan dipangkas (pruning). Stimulasi yang kurang atau tidak memadai dapat menyebabkan stunting otak, di mana koneksi saraf penting gagal terbentuk, mengakibatkan defisit kognitif dan perilaku yang sulit diperbaiki di kemudian hari. Dr. Hartono Kusuma, Sp.A(K), seorang spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), dalam sebuah simposium kesehatan di Yogyakarta pada Jumat, 19 Juli 2025, menegaskan bahwa 80% perkembangan otak terjadi pada usia dua tahun pertama.
Strategi Stimulasi Dini mencakup berbagai kegiatan sederhana namun berdampak besar. Bagi bayi baru lahir, ini termasuk skin-to-skin contact (sentuhan kulit ke kulit), sering diajak bicara, dan tummy time (posisi tengkurap) yang membantu perkembangan motorik. Ketika anak memasuki usia balita, stimulasi harus diperkaya dengan permainan interaktif, seperti menunjuk benda sambil menyebutkan namanya (labeling), membacakan buku cerita dengan intonasi berbeda, dan permainan yang melibatkan pemecahan masalah sederhana. Orang tua di Desa Harmoni, Kabupaten Kulon Progo, yang mengikuti program Posyandu Dini yang diinisiasi oleh Bidan Desa Siti Aisyah sejak awal 2025, melaporkan bahwa anak-anak mereka menunjukkan perkembangan bicara yang lebih cepat dan memiliki respons emosi yang lebih stabil, berkat panduan Stimulasi Dini yang mereka terima.
Selain aktivitas terstruktur, bentuk stimulasi paling efektif adalah Pengasuhan Responsif (Responsive Parenting). Ini berarti orang tua atau pengasuh harus selalu peka dan segera merespons sinyal dan kebutuhan anak, baik berupa tangisan, senyuman, atau celotehan. Respons cepat ini menciptakan ikatan emosional yang kuat (secure attachment) yang berfungsi sebagai zona aman psikologis. Rasa aman inilah yang memungkinkan anak untuk mengeksplorasi dunia di sekitarnya dan belajar dengan optimal. Tanpa secure attachment yang dibangun melalui interaksi yang penuh kasih sayang, semua upaya Stimulasi Dini lainnya mungkin tidak akan memberikan hasil maksimal. Oleh karena itu, investasi waktu dan perhatian orang tua dalam 1000 hari pertama adalah penentu utama keberhasilan masa depan anak dalam masyarakat yang semakin kompetitif.
