Mengapa Generasi Alfa Sulit Menuntut Ilmu? Inilah Kendala Mereka Sebenarnya

Generasi Alfa, individu yang lahir mulai dari tahun 2010 hingga pertengahan 2020-an, adalah generasi pertama yang sepenuhnya terlahir di era digital. Mereka tumbuh dengan gawai pintar di tangan dan akses internet tanpa batas. Namun, di balik kemudahan ini, ada pertanyaan mendasar: mengapa Generasi Alfa sulit menuntut ilmu dengan cara yang konvensional? Jawaban sebenarnya terletak pada kendala-kendala unik yang terbentuk dari gaya hidup digital mereka, yang seringkali bertentangan dengan metode pembelajaran tradisional.

Salah satu kendala utama yang membuat Generasi Alfa sulit berkonsentrasi adalah sindrom “gratifikasi instan”. Mereka terbiasa mendapatkan informasi atau hiburan dengan cepat melalui sentuhan jari pada layar. Hal ini mengurangi toleransi mereka terhadap proses yang membutuhkan kesabaran, seperti membaca buku tebal, melakukan penelitian mendalam, atau menyelesaikan tugas yang kompleks. Otak mereka terlatih untuk multi-tasking dengan cepat antara berbagai aplikasi, namun seringkali kesulitan untuk fokus pada satu tugas dalam jangka waktu yang lama.

Kendala kedua adalah ketergantungan berlebihan pada teknologi. Meskipun teknologi bisa menjadi alat belajar yang hebat, Generasi Alfa sulit untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara mandiri tanpa bantuan gadget. Misalnya, jika mereka menghadapi soal matematika yang sulit, alih-alih mencoba mencari solusi sendiri, mereka mungkin langsung mencari jawabannya secara daring. Ini menghambat perkembangan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan daya nalar analitis mereka. Sebuah laporan dari tim peneliti Pendidikan dan Inovasi di Universitas Cerdas pada 18 Agustus 2025, menyoroti penurunan kemampuan penalaran independen di kalangan siswa Generasi Alfa.

Selain itu, paparan yang berlebihan terhadap konten digital juga dapat menyebabkan gangguan tidur dan masalah kesehatan mental, yang secara langsung memengaruhi kemampuan belajar. Jadwal tidur yang tidak teratur karena penggunaan gawai hingga larut malam dapat mengurangi fokus dan daya ingat di siang hari. Seorang konsultan psikologi anak dari Yayasan Pendidikan Harmoni, Ibu Nina Wijayanti, dalam seminar parenting pada 25 Juli 2025 di Balai Pertemuan Komunitas, menegaskan bahwa keseimbangan antara waktu layar dan istirahat sangat krusial bagi perkembangan kognitif anak.

Mengatasi mengapa Generasi Alfa sulit menuntut ilmu membutuhkan pendekatan yang disesuaikan. Pendidikan harus mulai mengintegrasikan teknologi secara bijak, sambil tetap menekankan pentingnya interaksi tatap muka, diskusi, dan kegiatan offline. Orang tua dan pendidik perlu mengajarkan literasi digital yang kuat, termasuk cara memverifikasi informasi dan mengelola waktu layar. Dengan memahami kendala-kendala ini dan beradaptasi dengan gaya belajar mereka, kita dapat membantu Generasi Alfa mencapai potensi penuh mereka dalam menuntut ilmu.